Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berburu Sunset di Puncak Ulu Kasok


Sahar.ID – Penat di tubuh ini belum sepenuhnya hilang, baju yang saya gunakan dalam perjalanan ke air terjun batu dinding ahad 3 November 2019 kemarin juga masih berendam bersama baju-baju kotor lainnya. Rencananya sore ini hendak ku cuci bersih dan ku gantung di kawat jemuran belakang rumah (Read: Kos-Kosan).

Jam menunjukkan pukul 14.00 dan aku masih nyaman rebahan dengan harap hilang semua penat. Karena memang setelah pulang dari perjalanan kemarin saya tidak langsung bersitirahat. Saya bergadang lagi seperti rutinitas biasanya. Saya baru mulai beristirahat keesokan hari sepulang dari perjalanan ke air terjun batu dinding.

Belum hilang semua penat, dua pesan masuk di Whats App saya. Pesan pertama dari Abang saya “Hak kemana sore ini kita ?” dan pesan kedua dari istrinya “Hak dimana ? Ke Go Green Kita ? ” – 

Baca Juga : Sebuah Pelajaran dari Perjalanan ke Air Terjun Batu Dinding Kabupaten Kampar

Abang saya ini bernama Ibrahim dan baru saja menikah di pertengahan oktober 2019 lalu, dan istrinya adalah salah satu teman saya yang bernama Andi Musdalifah. 

Beberapa hari yang lalu saya sempat terkejut karena dia menghubungi saya kalau dia sedang di pekanbaru. Hanya berselang beberapa hari setelah saya kembali ke Pekanbaru dari kampung halaman usai resepsi pernikahannya. 

Tapi ya sudahlah, tidak ada juga kerugian bagi saya, mungkin hendak berbulan madu, kan pengantin baru, pikir saya waktu itu. Tapi tidak demikian, ternyata ada agenda lain yang ternyata lebih mendadak dari pada itu. Setidaknya begitu penjelasannya pada saat saya bertanya.

Sekilas saya bersemangat, Lelah tiba-tiba menghilang, lantas saya balas pesan pertama dengan kalimat “Basinglah, tak ada kegiatan juga ni” (pura-pura lupa kalau cucian masih menumpuk dalam rendaman). Dan pesan kedua saya balas dengan kalimat “Go-Green itu dimana?”.(Pesan berakhir).

Chatingan di pesan pertama masih berlanut dengan balasan yang dikirim oleh abang saya “Ke Ulu Kasok berapa Jam ?”, “2 Jam”, “Mau kesana ?” jawab saya singkat,.

“Boleh Juga” . . .

“Berangkat sekarang, jadi nanti pas matahari tenggelam baru foto-foto” tambah nya dalam balasan pesan tersebut.

Oke, sekaranglah, ku tunggu di rumah (Read: Kos) – Chatingan selesai.

Selang beberapa waktu, sepasang pengantin baru yang belum genap sebulan menikah ini sampai di kos-kos an saya dan saya sudah siap untuk berangkat. Tanpa berlama-lama kami langsung saja otw.

Belum 10 menit perjalanan kami singgah di SPBU Rimbo Panjang untuk mengisi minyak motor sampai full. Sesaat sebelum mengisi minyak ada kejanggalan terjadi di motor yang saya gunakan. Motor tidak mau bergerak ketika saya dorong maju padahal dalam kondisi netral. 

Kemudian saya periksa bagian cakram, ternyata Cakram belakang motor saya terhimpit dan melekat dengan kampasnya dan tidak mau melonggar kembali. Ahh, sial pikirku . . Padahal baru dua hari yang lalu aku servis total ini motor.

Dulu pernah kejadian serupa saya alami, dan permasalahannya adalah pada selang yang menguhubungkan master rem ke kampas rem belakang. Masalahnya sepele, hanya kemasukan angin, tapi dampaknya saya tidak bisa gunakan Rem Belakang dengan baik.

Motor yang saya gunakan saya bawa ke bengkel terdekat dan oleh tukang bengkel hampir 20 menit baru masalah bisa terselesaikan.

Setelah motor kembali normal kami melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan masalah Rem tadi kembali terasa. Pada akhirnya sampai menuju lokasi saya tidak gunakan rem belakang. Sebenarnya juga hal begini saya juga sudah terbiasa. Tapi mesti sangat berhati-hati.

Kami melakukan perjalanan dengan santai, sangat santai sekali. Beberapa kali saya menarik gas agar sedikit lebih kencang dan beberapa kali pula abang saya tertinggal jauh di belakang. Kalau sudah demikian, saya kembali bersantai-santai. Toh waktu juga masih panjang.

Di separuh perjalanan, belum lewat kota bengkinang, hampir saja hal tidak dinginkan terjadi. 3 Ekor kerbau hampir menabrak kendaraan yang di kendarai abang saya. Kerbau tersebut tiba-tiba saja menyeberang. Untung abang saya menghindarinya dengan sigap. Sehingga kejadian yang tidak dinginkan pun tak sempat terjadi.

Kami sampai di Pos tiket masuk ulu kasok sekitar pukul 16.40. Perjalanan saya ke Puncak Ulu Kasok kali ini bukanlah perjalanan pertama. Saya sudah beberapa kali ke destinasi ini. Tapi tidak pada masa tenar-tenarnya. Pertama kali saya ke tempat ini juga pada tahun 2019 tepatnya di bulan mei dalam rangka menemani junior saya yang juga sekaligus saudara seperguruan pencak silat di Inhil Sana.


Setelah parkir motor di bagian atas saya sedikit terkejut !!, bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kunjungan terakhir saya sudah ada banyak perubahan yang saya temui. Sebelumnya ketika saya berkunjung hampir semua spot foto instagramable yang disediakan sudah tidak terawat. Berbeda kali ini, sudah ada banyak bagian baru yang di sediakan di sekitaran puncak.

(Foto: Sisa kerukan di Puncak Ulu Kasok)

Hal lain yang berubah drastis adalah puncak itu sendiri, awalnya saya kira puncak ini di timbun ulang. Tapi tidak, setelah bertanya kepada abang-abang yang photograper yang kerjaannya menawarkan jasa photo langsung cetak saya ketahui bahwa puncak ulu kasok di keruk agar daratannya sedikit lebih luas dari biasanya. Hanya ada sebidang puncak yang disediakan dan di tancapi tiang dan terikat satu buah Bendera kebanggan Indonesia yang berkibar-kibar.

Dari penjelasan abang-abang photograper tersebut di keruknya puncak ulu kasok agar dapat di perluas dan sebagai persiapan tahun baru. Karena biasanya pada malam pergantian tahun puncak ini terlalu ramai sehingga menampung orang dengan sangat padat.
Tapi yasudahlah, toh hari ini saya, abang saya dan kakak ipar saya ingin berfoto dalam keindahan sunset puncak ulu kasok.

Saat kami sampai matahari masih berdiri tegak dengan silaunya, belum ada tanda-tanda mulai terbenam. Jadi kami duduk terlebih dahulu sambil menunggu momen terbaiknya. Saya sendiri sambil mengatur setelan kemera saya agar dapat mengambil pemandangan indah sunset sore itu.



Sekitar lebih kurang 20 menit menunggu tampak sudah ada tanda-tanda matahari akan tenggelam. Pemandangannya juga sudah cukup bagus. Kami mulai berswafoto mengambil moment terbaik yang bisa di abadikan.

(Foto; Sahak)

Sampai pada akhirnya pukul 18.00 lewat, sesaat ketika ingin mengambil momen terakhir sebelum pulang, abang-abang photograper tadi pamit pulang duluan dan mengingatkan saya bahwa batas kunjungan hanya sampai pukul 18.30. Saya hanya mengangguk tanda mengiyakan pemyampaiannya.

(Rahim & Imus)

Posting Komentar untuk "Berburu Sunset di Puncak Ulu Kasok"