Gunung Marapi Sumatera Barat 2891 MdPL
Sahar.ID - Gunung Marapi Sumatera Barat 2891 MdPL : Cerita Pengalaman Pendakian Pertama - Tulisan ini saya maksudkan sebagai sebuah Upaya Mengenang pendakian pertama saya mendaki gunung. Sebuah cerita yang saya takut bila nanti saya lupa apa saja yang pernah terjadi. Sebenarnya pengalaman ini sudah cukup lama berlalu. Karena sudah beberapa kali ulang tahun.
Tapi tidak apalah, demi upaya mengenang beberapa momen yang tak terlupa pada pengalaman pertama kali saya mendaki gunung saya pindahkan semua catatan di lembar lama saya didunia digital ini.
Gunung Marapi Sumatera Barat 2891 MdPL
Awal April 2016 saya berangkat menuju sumatera barat. Tujuannya adalah Gunung Marapi Sumatra Barat. Saya rasa Gunung Marapi yang terletak di Provinsi Sumatera Barat yang tingginya mencapai 2891 MDPL menjadi tempat paling cocok untuk pemula. (Opini tak berdasar).
Terniat untuk melakukan pendakian sebenarnya sudah cukup lama ada. Tapi terlalu banyak alasan tak sempat didalam kepala.
Sebelum melakukan pendakian tentu saja ada berbagai persiapan yang harus dipersiapkan. Terutama untuk pendaki paling pemula seperti saya.
Hampir semua perlengkapan pendakian saya dapatkan dari memberdayakan teman (meminjam) karena saya belum memiliki perlengkapan sendiri. “Terima Kasih kepada kawan-kawan yang telah berbaik hati”.
Saya berangkat dari Kota Pekanbaru menuju sumatera barat setelah sholat Jumat april minggu pertama 2016. Kami berangkat menggunakan sepeda motor.
Hari itu kami tidak langsung melakukan pendakian. Kami singgah bermalam di sebuah daerah yang bernama lintau. Lintau merupakan kampung sekaligus rumah temannya teman ku. Dia sebagai penunjuk jalan menuju ke pendakian. Baru hari esok kami benar-benar menuju pos pendakian.
Waktu itu Saya tidak tahu berapa banyak jalur yang bisa digunakan untuk pendakian di gunung ini, saya juga tidak tahu jalur mana yang kami gunakan. Yang jelas untuk menuju ke pos jalur yang akan kami gunakan, Kami Melewati beberapa ikon kota besar di sumatera Barat. Yang masih saya ingat adalah Padang Panjang.
Seperi pendaki lain, di pos pendakian kami juga melakukan serangkaian proses administrasi sebelum mendaki. Setelah selesai barulah kami mulai mendaki.
Trek awal pendakian masih melewati perkebunan masyarakat. Perasaan saya trek awal ini sudah cukup terjal. Awal yang cukup menekan mental.
Setelah melewati daerah perkebunan masyarakat kami sampai di pos pertama dan kedua. Kami beberapa kali beristirahat di tengah perjalanan karena sudah cukup lelah.
Kalau tidak salah dalam perjalanan pendakian di Gunung Marapi Sumatera Barat ada 2 mata air yang dapat digunakan oleh pendaki disana untuk memenuhi perbekalan air minum saat pendakian. Dan Sialnya saat ini Saya sudah lupa namanya. Dasar Pelupa !!
Sebelum hampir tiba di cadas, tiba-tiba turun hujan yang cukup lebat. Kami diguyur hujan lebat cukup lama. Dan lebih parahnya lagi saya dan beberapa teman saya tidak membawa jas hujan yang cocok untuk kondisi saat itu.
Sebelum naik Saya hanya membeli sebuah mantel yang berbahan kantong kresek. Ahh sudahlah.. sudah dapat dipastikan pendakian akan terhambat.
Akhirnya kami memutuskan untuk berteduh didalam semak belukar sampai hujan reda. Sejuk sekali perasaan kami saat itu, sedang tenda tidak memungkinkan untuk ditegakkan didaerah kami berteduh.
Setelah hujan mulai reda barulah kami melanjutkan lagi pendakian hingga sampai dicadas. Kemudian mendirikan tenda di tempat yang sangat mantap. Sangat mantap kata saya, Tidak tahu kata yang lain.
Ditempat pendirian tenda tepat sekali tengah berhadapan dengan tenggelamnya matahari sore. Duh.. Nyaman sekali mata memandang.
Kami menikmati sunrise dengan nyaman sambil berhadapan langsung dengan wajah gunung singgalang di seberang sana. Kelak saya juga akan berdiri di atasnya juga. Ditemani kopi pahit kami Duduk diatas batu cadas hingga matahari terbenam.
Malam Hari di Cadas Marapi Sumatera Barat
Hingga malam tiba, tubuh masih lelah. Tapi kami Tidak ingin benar-benar beristirahat didalam tenda. Kami masih di posisi yang sama. Masih ingin menikmati kopi pahit yang sudah tak lagi panas.
Dari atas kami memandang ke bawah melihat-lihat lampu yang menyala di pemukiman masyarakat yang ada di bawah. Panorama ini juga tak kalah indah. Ia bersaing dengan kelap-kelip bintang yang ada diatas.
Cukup puas dengan pemandangan itu, Aku harus mengalah dari hawa sejuk yang menusuk sampai ketulang. Ditambah gerimis mulai datang kembali. Angin mulai kencang dan kami masuk ke tenda.
Di dalam tenda kami membuat makan malam. Setelah makanan telap siap saji kami makan bersama dengan menu Mie Instan yang sama-sama kita tahu tidak instant.
"Tidak ada yang instan di Dunia ini, Semua harus melalui proses" - Unknow
Hari semakin malam, Cuaca diluar mulai ribut, angin tampaknya ingin tenda kami roboh dan terbang. Saya sempat berandai, Andai pasak tenda tak kuat, pastilah tenda ini sudah tak jadi tenda.
Sambil pura-pura berdamai dengan keadaan malam itu, kepada salah satu teman aku iseng bertanya,
Apakah di puncak ada yang menegakkan tenda ? Ada, kata temanku menjawab.. Tapi ya resiko nya lebih besar, di Cadas saja anginnya bisa sekencang ini apalagi diatas sana, tambahnya..
Tak terfikir juga bagaimana dinginnya jika mendirikan tenda di atas. Sedangkan didalam tenda yang berada di cadas tulang sampai gemetaran.
Cukup !! Kami mulai merebahkan tubuh. Badan cukup lelah dan esok subuh harus gerak cepat supaya dapat menikmati sunrise. Jika telat bangun ya, akan ketinggalan sunrise.
Dari cadas menuju puncak harus mendaki sekitar 1 Jam perjalanan lagi, Kata teman ku menerangkan. Karena nasehatnya kami mulai memejamkan mata.
Ahh Sial, aku baru sadar, aku tidak membawa perlegkapan yang cukup untuk membuat tubuh hangat. Kaos kaki juga basah karena hujan tadi siang. Tidak memungkinkan untuk digunakan. Sambil pura-pura tahan saja, Karena lelah aku Akhirnya terlelap juga.
Mengejar Sunrise di Puncak Merpati Sumatera Barat
Kami bangun cukup terkejut, Duh, Sudah pukul 4:24 pagi, kami baru terbangun. Dengan cepat kami berdiri dan tanpa banyak persiapan berangkat naik meuju ke puncak tertinggi Gunung Marapi Sumatera Barat.
Sebelum tidur kami sudah siap sediakan semua persiapan yang mau dibawa ketika naik mengejar sunrise. Karena itu kami tak sibuk lagi dengan persiapan-persiapan umum lainnya. Sebelum tidur kami memang sudah berniat untuk bangun lebih cepat. Tujuannya agar dapat melihat matahari terbit di puncak tertinggi Marapi.
Ternyata jalur pendakian menuju ke puncak lebih terjal. Tidak banyak pegangan seperti sebelumnya.
Jika sebelumnya mendaki dapat berpegang pada pepohonan atau ranting-ranting, kali ini semua itu tidak ada. Yang ada hanyalah batu-batuan. Memang dari Cadas menuju puncak sudah tidak ada lagi pepohonan.
Dengan kondisi ini tentu saya dan teman-teman juga harus ekstra hati-hati dalam melangkah. Kondisi juga cukup gelap. Saya tidak membawa penerang. Tapi mata cukup bisa memandang karena banyak pendaki lain yang membawa alat penerang saat naik ke atas.
Pendaki yang naik pagi itu cukup ramai, kami berjalan dengan antri. Tetap sabar, karena bagaimanapun juga keselamatan lah yang harus di jaga. Para pendaki lain juga terlihat sangat bersemangat untuk melihat sunrise hari itu.
Lebih kurang 1 jam kami menanjak dari cadas menuju puncak, akhirnya bersama pendaki lain saya dan teman-teman sampai diatas. Sedikit terkejut, ternyata benar adanya, di atas ada yang mendirikan tenda,
Ggggila,.. kataku..Yang lebih membuat aku terkejut lagi adalah Matahari sudah terbit. Artinya kami terlambat.
Ada sedikit kecewa, tapi ya sudahlah. Semua juga karena kami terlambat bangun cepat meski telah berniat. Ternyata kekuatan niat kami kalah dengan rasa penat. Kelak aku akan berniat lebih kuat supaya tak kalah lagi dengan penat.
Perjalanan belum usai, kami belum sampai di puncak merpati, sebelum menuju kesana saya dan teman-teman berfoto ria terlebih dahulu di dekat tugu Abel Tasman.
Berdasarkan tulisan yang sempat saya baca, Tugu Abel Tasman di pasang pada selasa, 5 juli tahun 1994. Meski tidak mengenal, saya berusaha merenung, tidak lupa sebuah doa di dalam hati.
Puas di sekitaran tugu abel, Kami beranjak menuju puncak merpati. Kondisi perjalanan penuh dengan dataran miring. Kita harus cukup hati-hati. Pemandangan dari sini sangat menenangkan.
Indah.. Tidak ada kata lain yang bisa saya tuliskan.
Sampai di Puncak merpati kami lalu beranjak ke Taman Bunga Edelweis. Di Taman ini lah saya dan kawan-kawan banyak menghabiskan waktu. Mulai dari berfoto-foto, berbaring-baring (meski hari mulai terik), dan melihat-lihat sambil menikmati keadaan yang ada.
Sebelum beranjak dari sana, seorang pendaki di arah lain mendapat teguran oleh pendaki lain. Saya kira ada apa, ternyata pendaki yang di tegur ini memetik banyak edelweis dan menyimpannya. Ya, tentu saja pendaki lain yang peduli akan kelestarian bunga ini menegur. Mengingat bunga edelweis hanya tumbuh di tempat tertentu.
Cukup puas di taman edelweis, kami beranjak lagi menuju arah kembali. Isyaratnya ingin kembali ke tenda dan bersiap-siap untuk turun gunung. Sambil menuju kembali, kami melewati kawah utama Gunung Marapi Sumatera Barat. Masih Aktif kata teman ku..
Aku melihat-lihat, ngeri juga jika jatuh disana, bau belerang cukup kuat. Kami membuat dokumentasi lagi. Baru kemudian benar-benar menuju arah turun ke cadas.
Tradisi Memanggil Pak untuk Laki-Laki dan Buk untuk Perempuan
Sebelum pendakian dimulai kami diberitahu oleh rekan squad yang sudah pernah mendaki di sini. Bahwa kami harus menegur orang lain atau rekan setim dengan panggilan “pak” saja untuk pria dan “buk” saja untuk wanita berlaku untuk lintas usia dan ini sudah menjadi tradisi pendaki di Gunung Marapi Sumatera Barat.
Saya juga kurang tahu bagaimana sejarahnya dan mengapa demikian dan apakah di gunung lain juga demikian, yang jelas ini adalah informasi tambahan dari saya.
Turun Gunung dan Pulang Ke Pekanbaru
Singkat cerita, setelah kembali ke cadas dan merapikan tenda, beres-beres dan bersih-bersih kami turun. Waktu yang dibutuhkan untuk turun gunung serasa lebih cepat jika di bandingkan mendakinya.
Sebelum pulang, kami beristirahat terlebih dahulu, Kami juga melapor bahwa kami telah turun gunung dengan selamat ke bagian tempat yang sama ketika registrasi sebelumnya.
Setelah itu kami mulai mengambil kendaraan yang telah kami parkir sebelumnya dan pelan-pelan berangkat menuju lintau lagi.
Di lintau kami bersih-bersih tubuh, mandi, makan dan pada malam hari sekitar jam 21.00 kami berangkat menuju Kota Pekanbaru.
Selama perjalanan kami agak merasa kelelahan sehingga tak terhitung lagi berapa kali kami singgah untuk istirahat. Ketika istirahat kami melakukannya sambil memejamkan mata sebentar. Pada akhirnya kami sampai di Pekanbaru pada pagi hari di Jam 06.00. Kemudian kembali ke tempat tinggal masing-masing.
Pelajaran yang saya ambil sebagai seorang pemula yang baru pulang dari mendaki
- Persiapkan perlengkapan sematang mungkin. Terutama hal-hal paling penting seperti mantel. Karena cuaca seringkali berubah tiba-tiba. Kecuali kalian tahan dengan rasa dingin yang ekstrim. Terlebih jika anda masih pendaki pemula seperti saya. Mungkin akan beda lagi ceritanya jika kamu sudah sering melakukan pendakian.
- Bawa perlengkapan penghangat. Tapi jangan yang memiliki beban yang berlebihan. Jangan lupa bawa kaos kaki lebih. Kaos kaki kering dapat menghangatkan ketika tidur.
- Jika ingin menikmati matahari terbit di puncak marapi sumatera barat, bangunlah lebih awal, naiklah lebih cepat. Lebih baik menunggu dari pada tertinggal.
- Belajarlah menjadi seorang yang bijak, jangan melakukan hal yang tak boleh dilakukan di puncak marapi sumatera barat. Memetik bunga Edelweis misalnya.
Terakhir..
Jangan lompat ke dalam kawah marapi...
Posting Komentar untuk "Gunung Marapi Sumatera Barat 2891 MdPL"